sesuatu yang manis akan terasa lebih manis jika dirasakan bersama

Senin, 02 Juli 2012

hilang


kita terkapar tak berarti.. menapaki sisa pengakuan
telah kubangunkan seringai sesal yang kini menjadi kado malam tak terlupa
sepasang sumsum tulang kosong tak berjiwa, sekeping rengkuhan terakhir
malam tlah menyaksikan, rapuhnya rasa yg kupahat, tak kujaga....
berlumuran lumpur dusta
tergores lagi, satu persatu luka diatas dalamnya harapan
membenamkan mimpi... saat hadir rasa tak menjelma dan berwujud nyata
hilang...
tautan yg terpatri
sujudku tak kan hela lara
maafku tak kan menyentuh relung pilu hati
dan menghilang...
butiran kenangan saat detak jantung melebur satu harapan
hempaskan jengkal titian, mengibaskan cerahnya cakrawala auramu
semburkan api membara dalam keruh rasa

kenangan itu melambung tinggi
tak lagi mampu memeluk bahasa hati yang biasa tercipta
aku
jatuh terhempas
atas dusta yang kuciptakan..

*picnya dari sini

Kamis, 28 Juni 2012

Tentang dia


Beberapa pekan ini aku absen posting.. hiatus yang kulakukan bukan karena sedang dilanda galau tapi karena sedang disandera virus-virus yang tidak pernah kuundang sama sekali.
Mungkin, ini juga karena cuaca sedang tidak bersahabat sehingga iklim yang berubah tak menentu menjadi alasan tubuh kurang fit makin ngedrop.
Dan apotek serta dokter pun mengalami peningkatan dari sisi kesibukan maupun pemasukan. Hmmm...

Maaf sahabat, aku masih bergelut dengan hidung yang mampet, tenggorokan yang kering membuat suaraku sedikit lebih sekseh dari biasanya... dan mungkin sedikit bagian di otakku masih terkontaminasi sehingga postinganku ngelantur kesana kemari *nyengir*. Tapi bukan tentang itu sebenarnya, postingan ini hanyalah intermezzo sesaat tentang apa yang aku lihat saat menunggu di bangku antrian klinik tempat aku menanti dokter yang akan memeriksaku.

Di sudut sana, wanita itu terdiam.. duduk dengan santai dan bersandar pada tembok yang terlihat kusam karena waktu. Pandangannya kosong, wajah penuh debu menyiratkan perjalanan yang dilaluinya telah begitu jauh. Perjalanan nafas yang penuh dengan episode perjuangan raga dan rasa.

Sesaat aku tak peduli dengannya, irama nyanyian nyeri di kepalaku membuatku terbuai dengan pejaman mata, membuatku sibuk berkomat-kamit memohon ampun atas rasa ini. 
Saat aku bahagia, begitu mudahnya aku tertawa dan lupa... Kini, tak henti aku sebut nama-Mu tuk mohon ampunkan segala dosaku :'(
Tiba-tiba wanita itu menangis, perlahan, terisak.. kembali aku tak peduli.. namun sesaat kemudian dia menjerit, berteriak, melotot, dan kembali terisak laksana alun ombak menjemput pantai. Tersedu dalam keibaan.

Dia masih muda, tubuhnya masih segar sesegar mangga manalagi saat matang dan dikupas. Namun kini teronggok tanpa sinar yang mampu mendulang rasa. Seharusnya, dia tak disini, berkumpul dengan teman dan keluarga yang dikasihi. Masa muda yang seharusnya dilalui dengan bahagia, penuh kreatifitas.. seakan tak masuk dalam agenda perjalanan hidup yang dilalui.

"Dia korban perkosaan...", kata lelaki yang juga sedang mengantri disebelahku.
Aku terhenyak. Astagfirulloh... perkosaan?

"perkosaan Pak? perkosaan oleh siapa?", tanyaku penasaran.

"Setahu saya, dia diperkosa ayah tirinya, sekitar 2 tahun yang lalu. sekarang anaknya diurus neneknya, dan dia sering begitu saat obatnya habis..", lanjut lelaki yang akhirnya kutahu bernama Pak Dibyo.

"Kasihan... kenapa ga ada yang peduli Pak?", kutanya lagi Pak Dibyo. Lelaki ini tahu banyak tentang wanita itu, karena mereka ternyata bertetangga.

"Sejak ibunya menikah lagi, ibunya bekerja di Arab, sementara Reni dan adiknya Bayu tinggal bersama nenek dan ayah tirinya mbak. Masyarakat disini sudah curiga karena Reni jarang keluar rumah, tapi terlihat gemuk dan selalu memakai daster. Saat sore, tiba-tiba neneknya Reni keluar rumah dengan tergoboh-goboh, memanggil bidan Ninik. Ternyata Reni melahirkan bayi perempuan. Dan ayah bayi itu adalah kakeknya sendiri..", jelas Pak Dibyo panjang lebar.
Astagfirullahaladzim...
Dimana hati nurani manusia jaman sekarang? Sampai tega melampiaskan kebejatannya pada anaknya sendiri? Apakah ini tanda dunia akan berakhir dengan adab-Nya?
Aku masih terpaku dengan cerita Pak Dibyo, sampai saat perawat memanggil namaku untuk masuk ke ruang periksa. Dan entah mengapa, tiba-tiba saja aku merasa sudah sehat..

#gambar kuambil dari sini

Rabu, 20 Juni 2012

d' best


jika tiba saatnya nanti
genggam jemari bukan asa yg menari dalam pelupuk rasa kita
ijinkan kupetik dawai irama perjalanan nafas ini
bukan untuk menahanmu berada bersama kecupan kupu-kupu
karena harapan yang kubangun tlah tergadai sang waktu
yang takkan peduli
meski tangis menjadi darah

hidup ini sungguh keras laksana algojo yang akan menjagal saat sepi menyeruak
jangan katakan menyerah, aku disini bukanlah jadi tawanan rasa hati
jika hidup tak lagi jadi sahabat, aku masih memilikimu..
memandu jalan pintas dalam doa
dalam sujud kita tanpa perlawanan
hanya kepasrahan 'tuk pemilik jiwa yang hakiki

kau memilikiku, bersama ruang kalbu yang mengembangkan janji
tak akan kubiarkan pergimu dalam tunduk lesu dan kekalahan
satu kata, bukan untuk penghias silaturahim
tapi janji yang disaksikan semesta raya tercatat didalam diary malaikat-Nya
birukan hari
merahkan semangat yang terbangun nanti
tanpa genggaman jari jemari kita menyimpulkan rasa

kembali pada kodrat, habitat
kau tetap yang terbaik
sahabat akan selalu ada dalam ruang teristimewa

Sabtu, 16 Juni 2012

bianglala


menari sejenak, meliukkan pandang nan berbinar tak jemu
kiasan senyum penuh makna merebak sekejap
ada yang indah.... berbingkai kabut senja
hadir bersama gemericik air sungai
....... tak pernah ku jemu padamu, bianglala sore
aku menunggu, liukan sentuhan cipta Sang Khalik
tergores penuh arti
aku disini, tak berbatas waktu

teringat percintaan yang telah terjadi, kala debarmu bukan lagi isapan mimpi
harum aromamu telah terkirim bersama hembus angin semilir
dan dipucuk senja itu, kan kulihat lagi bianglala yang nyata
terbungkus rapi bersama kemasan ujung langit saat surya mengucapkan perpisahan
menjanjikan keindahan yang sama esok nanti
.....
andai kau tahu,
syukur kan ada dalam tiap hela, kunikmati hadirmu
aku tahu, bianglala yang kau janjikan akan selalu ada
seperti yang terpatri antara senja dengan ufuk barat

sore terdekap sepi, senyum lembayung menari melambaikan selendang keindahan
sambut dewi malam menggoda
pernah kau tanya, mengapa tak jua jemu mendekapku?
karena senja takkan selalu berwarna emas,
kan berbingkai lelah saat harus menyapa janji yang lain
pandangku jauh merayu cakrawala dan sejumput asa kusimpan
lembut kujawab,
aaaahhh, aku hanyalah setitik senja yang menanti
kekasihku kan datang esok, dalam serunai bianglala
 janji itu pasti...

Sabtu, 09 Juni 2012

jeda


bicaralah.... cinta itu aku
sebelum kusumpal segala rindu laksana tsunami pantai dikepulauan barat
secuil buah simalakama sudah masuk dalam rongga leherku
menjerat dengan cengkeram lintasan waktu
enam hari tak tersela, ruang tunggu yang kini dingin... tak bernyawa
rasanya ingin aku teriak melepaskan jiwa lelahku
lelah kuraup tetesan harap... saat sebuah penantian menjauh

jika aku adalah perahu, kembangkan layarmu
jika aku adalah hujan, kilaukan tiap tetes yang turun
jika aku adalah jiwa, masukkan rohmu kedalamnya
jadikan aku satu nyawa 
jangan jadikan bara saat sudah menjadi abu
dan lihatlah, saat jingga mewarnai sore
takkan ada rindu yang bernyanyi

Rabu, 06 Juni 2012

duapuluh sembilan


haruskah kupinang resah ini
membiaskan semburat kegalauan yang mendalam
.................tanpa kata terselip pasti, rebahkan aku sesaat dalam pelukmu

hitam kataku yang pernah terdesah sesatnya langkah
jangan pernah kau jadikan alasan tuk pergi

dan kucicipi gugurnya tetes lara
atas cinta ini

sesaat tlah terurai
cinta yang kau jadikan bom waktu kini selalu menghantui
membangunkan malam tanpa jeda
melibaskan harap yang kubangun dari semangat 4 tahun lalu
meski tafakurku bukan nyanyian hyme
tapi harusnya itu jadi sepenggal doa yang menyusup... tanpa harus kutau kapan

tak ingin pergi
tlah terantai kiasan janji
andai harus kupijak bumi tanpamu


Sabtu, 02 Juni 2012

demi..

malam lambat bergulir, seakan turut memeluk kegalauan yang sedang bertahta
tak ada nyanyian sang jangkrik, bahkan lembutnya dekapan angin tak lagi terasa menyusup dikulitku
ah, belum juga ada kabar.. batinku meronta


entah apa yang sudah kulakukan hingga semua jadi berlarut-larut begini
Ya Rabb, ampuni hamba-Mu.. 
sejenak menatap kembali jalan lengang itu. dingin, membeku. sudah lewat tengah malam, dan masih juga belum ada kabar. capek merasakan galau, aku memaksakan diri untuk beristirahat, besok aku harus masuk kerja. sudahlah, kan kutunda sesaat.......... semoga esok lebih baik
tapi 'ntah mengapa, kantuk yang sudah bergelayut di mataku belum juga bisa membuatku terlelap
andai kata itu tak pernah keluar dari bibir ini, mungkin tak akan pernah ada jurang yang menjerumuskanku dalam resah ini




ada benak terkapar jatuh, merayap satu demi satu
bertahan dan memaksaku untuk membuktikan keinginan berjuang bukan satu kesalahan
aku memilihmu dari banyak pilihan, karena memang harus kupilih
menyatukan sisi berbeda kita
bersandingan meski tak bersama, karena kita bisa
embun tlah hadir disela kelopak bunga, menambah dingin rasa tak tertahan
sekejap tak berbaur hamparan tanah yang membisu... membuka diri jelang pagi nan penuh harap
ponsel kutimbang ditangan,
bismillah, ini langkah benar, akan jadi kebenaran
maafin aku d' sun, aku yang salah atas semua ini
kumohon kembalilah padaku dan bantu aku untuk memperbaiki semuanya
# meminta maaf bukan kekalahan, tapi awal perbaikan dan kebijaksanaan :)

Rabu, 30 Mei 2012

d' sun

need d' sun


kemarau tlah menghirup sendi rasaku
menguap jauh
'ntah berapa lama aku harus mengaliri ruas galau ini
belum terjejak makna hariku
mengambang rentan asa
..................jika masih mungkin aku ingin tidur pulas, memeluk mimpi tanpa arti

hmmmm... kulihat kau masih juga tergugu dalam isak
bawa periuk kebanggaanmu itu
tebar di tiap penjuru kota, dan katakan aku tak akan peduli
aku tak bisa mati
bila kubangan nanah atas luka masalalu tak bisa kujahit dengan benang doa
maka tak akan pernah kupijat galau rasamu
aku tak mampu

sudahlah, buang curigamu.... remas cemburumu
inilah hidup sayang
tak bisa kita pilih antara kotak atau bulat
panjang atau pendek
terang atau gelap
....................kita hanya bisa mewarnai tiap ruang yang ada, dengan hijau senyuman
merahnya semangat atau birunya rindu
mengisi celah tanpa jeda, ada binar indah dan manis kecupmu
tak ada keindahan, selain menatap lembut kedalam kelopak matamu
dan kau tau, tak ada lagi sisa langkah ini
karena aku tlah terikat di tonggak janji yang kita renda pita doa

wahai jiwa
akulah budakmu, akulah punggawamu
kan tegakkan hidup tuk satu tujuan pasti
denganmu, aku bisa

Senin, 28 Mei 2012

katakan



telah kusiapkan untaian benang rasa
teranyam indah, tergerai bersama rindu yang membiru lembut
kubisikkan pada angin sore kau akan datang menjemput
bersama kita lewati setapak cerita
segenggam impian
sambil kugamit mesra lenganmu, berbau khas keringat pejantan tangguh


senyumku mengembang
merentas mempercantik lembayung pelukan senja
rindu..... bilakah ini kan tergapai


aku ingin kau pulang
tanpa aku memaksamu untuk datang ditengah hujan
ini sudah lewat dari senja, belum juga kutemukan bayangmu
aaarrrggghhhhh, lelahku pandang jam dinding
kesal ku resapi rindu



aku hanya ingin kau katakan, rindu.... kau juga rindu
jika nanti, bayangku mengabur bersama malam
yang ada hanyalah gurat lelah terhias disudut hati
jangan salahkan
teh kalbuku menjadi dingin
aku hanya mau kau bilang.. ya, aku pun merindukanmu

Selasa, 22 Mei 2012

tak sampai...


kekosongan telah memeluk kita
dengan aksen tanpa kata dan penat bergaun desah
padahal katamu bergelayut dasar rindu, kan kau perkosa taburan sore
yang kulengkapi pernik manisnya senyum
penuh janji, kunanti jauh meluruh
.... tapi tak ada janji, pundi-pundi kalbuku mengendap penuh sesal
yang tak ingin kubingkai manis
kubawa pulang


entah,
kau bilang tabu ada pertikaian
dan kelopak rinduku perlahan meredup kehilangan daya
sore telah menggulung senja
masih belum juga kutemukan makna hadirmu

tak ingin tangan ini menggapai cahaya bintang hatimu
tak sampai....
kau tutup jauh mendasar tak berpalang rasa
aku jatuh
aku limbung

hanya kebingungan memeluk erat
dan malam tetap bergulir tanpa arti


Jumat, 18 Mei 2012

pulang


Perjalanan hari ini sudah cukup menyita hampir seluruh tenagaku. Sepertinya sendi-sendi dalam tulangku berusaha memprotesku untuk dapat sejenak berhenti dan menggeliatkan tubuh lelah ini. Namun kutengok jam di tanganku sudah menunjukkan angka 20.09 WIB. Gila! Aku sudah sangat terlambat pulang kerumah.

Sepanjang perjalanan tak henti-henti aku mengutuk diriku sendiri, yang tak mampu melepaskan segala keinginanku untuk pergi, sedangkan waktu yang ada hanyalah beberapa jam saja.
Ah sudahlah, sudah terlambat, biarkan terlambat, ini bukan sesuatu yang biasa kulakukan. Paling juga suamiku akan memperlihatkan muka masamnya dan pura-pura tidak mendengar saat aku bertanya.
Lampu merah seakan berjalan begitu lambat, genggaman tanganku seakan terasa gatal untuk segera memacu motor tua yang sedang kunaiki. Rintik gerimis seakan mengisyaratkan tangisan langit.. merendakan berjuta kesedihan melihat seorang ibu yang tak jua pulang demi anaknya.

Bullshit.. Kampret.. hanya kata itu sebagai kata makian yang tak pernah lepas dari benakku. Tak berhenti aku memaki diri sendiri. Saat lampu berganti warna menjadi hijau, kupacu motorku menderu menembus rintik hujan. Kecepatanku sedikit kuturunkan melewati kelokan Pringsewu.. anganku sejenak melayang pada pertemuan sore tadi, pertemuan yang begitu membekas hingga menyakiti urat dalam hatiku.

“Saya mohon mbak menjauhi suami saya..”, kata wanita didepanku.

Aku terhenyak.. meskipun aku sudah menduga akan ada kalimat seperti ini, tapi aku sama sekali tidak menduga bahwa kalimat itu akan keluar secepat dan setegas itu.
Bukan aku jika tak bisa menyembunyikan ekspresiku, aku adalah pemain watak terbaik semasa kuliah dulu.

“Maksud mbak apa? Siapa suami Anda?”, tanyaku tenang. 

Dia masih dengan sorot mata yang sama sebelumnya, penuh amarah.
“Suami saya Cokro Buwono, manajer di kantor bla bla bla… Sudahlah, saya hanya minta mbak menjauhi suami saya. Titik. Dan seharusnya mbak melakukan itu karena saya yakin mbak mempunyai moral yang baik. Permisi”, terang wanita itu sambil berdiri dan berlalu.

Aku termenung sejenak, melepaskan segala kebingungan dan kegusaranku. Tapi masih juga bibirku mengucapkan kata …sialan
Ku ambil ponselku, kutekan beberapa angka dan kutekan tanda hijau untuk memanggil..
Hmmm, lagu Firman - Kehilangan, nada sambung favoritnya

"Halo Sugar... Tumben ne, ada apa", suara renyah laki-laki diseberang. 

"Siang juga Bang, istrimu habis dari sini. Aku ga dikasih kesempatan untuk membela diri. Selesaikan urusanmu  dengan mereka. Aku bukan kekasihmu, dan tidak akan pernah menjadi kekasih siapapun....". 

Kemarahanku seperti tersulut siraman bensin saat mendengar jawabannya.
"Tenang Sugar, istriku bisa kuatasi. Justru dengan peristiwa tadi aku makin aman, karena dia tidak tahu dengan siapa sebenarnya aku berhubungan selama ini".
"Kampret! Aku bukan pembantumu, bukan topengmu. Selesaikan semuanya, aku tak peduli kau hentikan kerjasamamu dengan suamiku. Aku ga mau lagi!", geramku seraya menutup pembicaraan.
Ahhhhh... Cukup sudah hari penuh makin ini.
Tiba di rumah, aku merasa lelah, rindu dengan pelukan bungsuku dan celotehnya yang penuh ekspresi.
Kelelahan telah menjamahku begitu dalam

Cinta…. Aku pulang…





hanya aku


bukan iri kukatakan
tak berharap kau dengan siapa saja
kau milikku... diatas bumi yang tengah berputar tak menentu
hanya akulah yang pantas berada dalam pelukanmu
bukan deburan jantung siapapun

katakanlah aku egois
akulah pemilik hatimu

kalau saja, waktu yang mengintip malu-malu mampu kutangkap
kumasukkan dalam agenda nakalku
hmmmmm, kau pasti setuju :D
dan akan kita putar seiring perjalanan yang terlewati bersama

ya, aku memang egois
inginkanmu, hanya aku
jangan sebut namanya, hapuslah dengan namaku
jangan ingat tentangnya, ingatlah segala kenangan yang kuukirkan
jangan simpan cintanya, hanya cintaku yang pantas untuk hatimu
tak ada yang bisa... kecuali aku
karena keegoisanku mencinta, cinta tanpa batas norma

aku, hanya aku
tak akan bisa melepasmu untuk yang lain

Selasa, 15 Mei 2012

water of us



jadikan aku air... dingin dalam tetes hati
bekukan segala hasrat, rindu, tangis
dan kan hangat saat surya menebarkan senyumnya
memelukmu dengan tetes semangat
jelang harimu tanpa sepi


kan ku berikan riak lembut
saat kau sentuh aku dengan rasa
mengaliri beningnya suasana senja yang selalu kita lewati
dan hadirmu, sempurna bak warna laut berkilau
indah
sejuk
menenangkanmu


bila nanti
ujung gemericik rasa kita bermuara
aku kan menjadi tetes yang kau lengkapkan
akan dunia lautan cinta
gelombang yang menyatukan, tak terbatas
meski tak terengkuh pasti, jadikanku aku tetes air
untuk tiap dahaga cintamu


dan kesempurnaan adalah, saat kau teteskan air surgawimu penuh cinta

Senin, 14 Mei 2012

kau, aku dan epidemi cinta



kau dan aku... epidemi dalam tubuh yang berirama
bukan tuntutan kata, paksaan keadaan

ku pikir... ah, mengapa masih saja aku berpikir *heran
begini saja, mmmmm kukatakan coklat itu nikmat
tapi tanpa lidah perasa manis bukanlah kenikmatan yang didapat
hanya sepotong coklat berwarna coklat
nyummie, tapi hambar

lantas apa hubungannya dengan pikiranku?

kukatakan dengan nyata dan tanpa tuntutan
kita adalah epidemi dalam tubuhku...
kau tau apa itu epidemi? buka saja google :D
yang sudah menyatu, dalam jiwa, dalam rasa
sakit terasa sama sakit
dan saat tawa itu menjadi hiasan wajah, kita jadikan itu penyegar jiwa yang rapuh

apa yang harus kukatakan.... pada tubuh yang sudah tercacar cintamu
tak ada yang pasti, namun bukan maya
ini tuntutan hati yang tengah bicara bahwa gejolak yang pasang ini tentang rindu
rindu dengan senyuman yg berpendar indah tiap waktu, di benakku

mungkin ini tentang rindu...

sudahlah, berhentilah bertanya aku dimana
buka saja bajumu, dan rasakan jantungmu yang berdetak
memompa darah ke segala penjuru tubuhmu
aku, disitu.... seirama dengan detak jantungmu, denyut nadi yang tak kan berhenti
aku adalah epidemi dalam tubuhmu

rasakan aku, dan nikmati aku
biar dunia bicara.... kau dan aku satu