sesuatu yang manis akan terasa lebih manis jika dirasakan bersama

Rabu, 30 Mei 2012

d' sun

need d' sun


kemarau tlah menghirup sendi rasaku
menguap jauh
'ntah berapa lama aku harus mengaliri ruas galau ini
belum terjejak makna hariku
mengambang rentan asa
..................jika masih mungkin aku ingin tidur pulas, memeluk mimpi tanpa arti

hmmmm... kulihat kau masih juga tergugu dalam isak
bawa periuk kebanggaanmu itu
tebar di tiap penjuru kota, dan katakan aku tak akan peduli
aku tak bisa mati
bila kubangan nanah atas luka masalalu tak bisa kujahit dengan benang doa
maka tak akan pernah kupijat galau rasamu
aku tak mampu

sudahlah, buang curigamu.... remas cemburumu
inilah hidup sayang
tak bisa kita pilih antara kotak atau bulat
panjang atau pendek
terang atau gelap
....................kita hanya bisa mewarnai tiap ruang yang ada, dengan hijau senyuman
merahnya semangat atau birunya rindu
mengisi celah tanpa jeda, ada binar indah dan manis kecupmu
tak ada keindahan, selain menatap lembut kedalam kelopak matamu
dan kau tau, tak ada lagi sisa langkah ini
karena aku tlah terikat di tonggak janji yang kita renda pita doa

wahai jiwa
akulah budakmu, akulah punggawamu
kan tegakkan hidup tuk satu tujuan pasti
denganmu, aku bisa

Senin, 28 Mei 2012

katakan



telah kusiapkan untaian benang rasa
teranyam indah, tergerai bersama rindu yang membiru lembut
kubisikkan pada angin sore kau akan datang menjemput
bersama kita lewati setapak cerita
segenggam impian
sambil kugamit mesra lenganmu, berbau khas keringat pejantan tangguh


senyumku mengembang
merentas mempercantik lembayung pelukan senja
rindu..... bilakah ini kan tergapai


aku ingin kau pulang
tanpa aku memaksamu untuk datang ditengah hujan
ini sudah lewat dari senja, belum juga kutemukan bayangmu
aaarrrggghhhhh, lelahku pandang jam dinding
kesal ku resapi rindu



aku hanya ingin kau katakan, rindu.... kau juga rindu
jika nanti, bayangku mengabur bersama malam
yang ada hanyalah gurat lelah terhias disudut hati
jangan salahkan
teh kalbuku menjadi dingin
aku hanya mau kau bilang.. ya, aku pun merindukanmu

Selasa, 22 Mei 2012

tak sampai...


kekosongan telah memeluk kita
dengan aksen tanpa kata dan penat bergaun desah
padahal katamu bergelayut dasar rindu, kan kau perkosa taburan sore
yang kulengkapi pernik manisnya senyum
penuh janji, kunanti jauh meluruh
.... tapi tak ada janji, pundi-pundi kalbuku mengendap penuh sesal
yang tak ingin kubingkai manis
kubawa pulang


entah,
kau bilang tabu ada pertikaian
dan kelopak rinduku perlahan meredup kehilangan daya
sore telah menggulung senja
masih belum juga kutemukan makna hadirmu

tak ingin tangan ini menggapai cahaya bintang hatimu
tak sampai....
kau tutup jauh mendasar tak berpalang rasa
aku jatuh
aku limbung

hanya kebingungan memeluk erat
dan malam tetap bergulir tanpa arti


Jumat, 18 Mei 2012

pulang


Perjalanan hari ini sudah cukup menyita hampir seluruh tenagaku. Sepertinya sendi-sendi dalam tulangku berusaha memprotesku untuk dapat sejenak berhenti dan menggeliatkan tubuh lelah ini. Namun kutengok jam di tanganku sudah menunjukkan angka 20.09 WIB. Gila! Aku sudah sangat terlambat pulang kerumah.

Sepanjang perjalanan tak henti-henti aku mengutuk diriku sendiri, yang tak mampu melepaskan segala keinginanku untuk pergi, sedangkan waktu yang ada hanyalah beberapa jam saja.
Ah sudahlah, sudah terlambat, biarkan terlambat, ini bukan sesuatu yang biasa kulakukan. Paling juga suamiku akan memperlihatkan muka masamnya dan pura-pura tidak mendengar saat aku bertanya.
Lampu merah seakan berjalan begitu lambat, genggaman tanganku seakan terasa gatal untuk segera memacu motor tua yang sedang kunaiki. Rintik gerimis seakan mengisyaratkan tangisan langit.. merendakan berjuta kesedihan melihat seorang ibu yang tak jua pulang demi anaknya.

Bullshit.. Kampret.. hanya kata itu sebagai kata makian yang tak pernah lepas dari benakku. Tak berhenti aku memaki diri sendiri. Saat lampu berganti warna menjadi hijau, kupacu motorku menderu menembus rintik hujan. Kecepatanku sedikit kuturunkan melewati kelokan Pringsewu.. anganku sejenak melayang pada pertemuan sore tadi, pertemuan yang begitu membekas hingga menyakiti urat dalam hatiku.

“Saya mohon mbak menjauhi suami saya..”, kata wanita didepanku.

Aku terhenyak.. meskipun aku sudah menduga akan ada kalimat seperti ini, tapi aku sama sekali tidak menduga bahwa kalimat itu akan keluar secepat dan setegas itu.
Bukan aku jika tak bisa menyembunyikan ekspresiku, aku adalah pemain watak terbaik semasa kuliah dulu.

“Maksud mbak apa? Siapa suami Anda?”, tanyaku tenang. 

Dia masih dengan sorot mata yang sama sebelumnya, penuh amarah.
“Suami saya Cokro Buwono, manajer di kantor bla bla bla… Sudahlah, saya hanya minta mbak menjauhi suami saya. Titik. Dan seharusnya mbak melakukan itu karena saya yakin mbak mempunyai moral yang baik. Permisi”, terang wanita itu sambil berdiri dan berlalu.

Aku termenung sejenak, melepaskan segala kebingungan dan kegusaranku. Tapi masih juga bibirku mengucapkan kata …sialan
Ku ambil ponselku, kutekan beberapa angka dan kutekan tanda hijau untuk memanggil..
Hmmm, lagu Firman - Kehilangan, nada sambung favoritnya

"Halo Sugar... Tumben ne, ada apa", suara renyah laki-laki diseberang. 

"Siang juga Bang, istrimu habis dari sini. Aku ga dikasih kesempatan untuk membela diri. Selesaikan urusanmu  dengan mereka. Aku bukan kekasihmu, dan tidak akan pernah menjadi kekasih siapapun....". 

Kemarahanku seperti tersulut siraman bensin saat mendengar jawabannya.
"Tenang Sugar, istriku bisa kuatasi. Justru dengan peristiwa tadi aku makin aman, karena dia tidak tahu dengan siapa sebenarnya aku berhubungan selama ini".
"Kampret! Aku bukan pembantumu, bukan topengmu. Selesaikan semuanya, aku tak peduli kau hentikan kerjasamamu dengan suamiku. Aku ga mau lagi!", geramku seraya menutup pembicaraan.
Ahhhhh... Cukup sudah hari penuh makin ini.
Tiba di rumah, aku merasa lelah, rindu dengan pelukan bungsuku dan celotehnya yang penuh ekspresi.
Kelelahan telah menjamahku begitu dalam

Cinta…. Aku pulang…





hanya aku


bukan iri kukatakan
tak berharap kau dengan siapa saja
kau milikku... diatas bumi yang tengah berputar tak menentu
hanya akulah yang pantas berada dalam pelukanmu
bukan deburan jantung siapapun

katakanlah aku egois
akulah pemilik hatimu

kalau saja, waktu yang mengintip malu-malu mampu kutangkap
kumasukkan dalam agenda nakalku
hmmmmm, kau pasti setuju :D
dan akan kita putar seiring perjalanan yang terlewati bersama

ya, aku memang egois
inginkanmu, hanya aku
jangan sebut namanya, hapuslah dengan namaku
jangan ingat tentangnya, ingatlah segala kenangan yang kuukirkan
jangan simpan cintanya, hanya cintaku yang pantas untuk hatimu
tak ada yang bisa... kecuali aku
karena keegoisanku mencinta, cinta tanpa batas norma

aku, hanya aku
tak akan bisa melepasmu untuk yang lain

Selasa, 15 Mei 2012

water of us



jadikan aku air... dingin dalam tetes hati
bekukan segala hasrat, rindu, tangis
dan kan hangat saat surya menebarkan senyumnya
memelukmu dengan tetes semangat
jelang harimu tanpa sepi


kan ku berikan riak lembut
saat kau sentuh aku dengan rasa
mengaliri beningnya suasana senja yang selalu kita lewati
dan hadirmu, sempurna bak warna laut berkilau
indah
sejuk
menenangkanmu


bila nanti
ujung gemericik rasa kita bermuara
aku kan menjadi tetes yang kau lengkapkan
akan dunia lautan cinta
gelombang yang menyatukan, tak terbatas
meski tak terengkuh pasti, jadikanku aku tetes air
untuk tiap dahaga cintamu


dan kesempurnaan adalah, saat kau teteskan air surgawimu penuh cinta

Senin, 14 Mei 2012

kau, aku dan epidemi cinta



kau dan aku... epidemi dalam tubuh yang berirama
bukan tuntutan kata, paksaan keadaan

ku pikir... ah, mengapa masih saja aku berpikir *heran
begini saja, mmmmm kukatakan coklat itu nikmat
tapi tanpa lidah perasa manis bukanlah kenikmatan yang didapat
hanya sepotong coklat berwarna coklat
nyummie, tapi hambar

lantas apa hubungannya dengan pikiranku?

kukatakan dengan nyata dan tanpa tuntutan
kita adalah epidemi dalam tubuhku...
kau tau apa itu epidemi? buka saja google :D
yang sudah menyatu, dalam jiwa, dalam rasa
sakit terasa sama sakit
dan saat tawa itu menjadi hiasan wajah, kita jadikan itu penyegar jiwa yang rapuh

apa yang harus kukatakan.... pada tubuh yang sudah tercacar cintamu
tak ada yang pasti, namun bukan maya
ini tuntutan hati yang tengah bicara bahwa gejolak yang pasang ini tentang rindu
rindu dengan senyuman yg berpendar indah tiap waktu, di benakku

mungkin ini tentang rindu...

sudahlah, berhentilah bertanya aku dimana
buka saja bajumu, dan rasakan jantungmu yang berdetak
memompa darah ke segala penjuru tubuhmu
aku, disitu.... seirama dengan detak jantungmu, denyut nadi yang tak kan berhenti
aku adalah epidemi dalam tubuhmu

rasakan aku, dan nikmati aku
biar dunia bicara.... kau dan aku satu